BUDAYA
SAPI SONOK
Pamekasan
– Pulau Madura, bagian Provinsi Jawa Timur terkenal memiliki keunikan
budaya. Dimana sapi menjadi bagian tradisi mereka. Sapi jadi hewan
kebanggaan yang dipamerkan dalam acara tahunan.
Selain karapan sapi yang terkenal, ada sebuah acara khusus bagi sapi
betina yang didandani bak ratu kecantikan. Ajang itu adalah festival
Sapi Sonok kesanalah perjalanan kami sekarang.Kabupaten Pamekasan akan
menyelenggarakan acara yang mempertemukan sapi-sapi Sonok unggulan se
Madura. Festival ini biasanya mengawali acara pesta rakyat karapan sapi.
Sapi Sonok MaduraPerjalanan menuju Pulau Madura dari Ibukota Jakarta
kali ini kami lalui lewat darat. Memang meletihkan. Jarak yang harus
ditempuh hampir 1000 kilometer. Namun suasana perjalanan cukup
menyenangkan. Karena kondisi jalan lintas selatan menyuguhkan keindahan
alam tersendiri.Setiba di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, kami harus
menggunakan kapal penyebrangan untuk menuju ke Pulau Madura. Hanya
memakan waktu 30 menit untuk menyebrang. Namun masih sekitar 2 jam lagi
untuk sampai di Kabupaten Pamekasan.
Persiapan mengikuti kontes Sapi Sonok sudah terasa dikediaman Haji
Zaenudin yang berdiam di wilayah Waru Barat, Kabupaten Pamekasan. Walau
kontes tingkat kabupaten sudah sering diikutinya, tapi untuk kontes yang
akan berlangsung besok berbeda. Karena besok pesertanya adalah para
pemenang di tingkat kabupaten se Madura. Seperti perlakuan istimewa
terhadap sapi jantan karapan demikian juga sapi-sapi betina ini
diperlakukan. Yang akan bertanding besok adalah Den Ayu dan Titisan Air
Mata. Jangan salah, itu bukan nama dua ekor sapi, tapi untuk dua pasang
sapi.
KERAPAN SAPI
Sejarah asal mula Kerapan Sapi tidak ada
yang tahu persis, namun berdasarkan sumber lisan yang diwariskan secara
turun temurun diketahui bahwa Kerapan Sapi pertama kali dipopulerkan
oleh Pangeran Katandur yang berasal dari Pulau Sapudi, Sumenep pada abad
13.
Awalnya ingin memanfaatkan tenaga sapi sebagai pengolah sawah. Brangkat
dari ketekunan bagaimana cara membajak sapinya bekerja ,mengolah tanah
persawahan, ternyata berhasil dan tanah tandus pun berubah menjadi tanah
subur.
Melihat gagasan bagus dan membawa hasil positif, tentu saja warga
masyarakat desa mengikuti jejak Pangerannya. Akhirnya tanah di seluruh
Pulau Sapudi yang semula gersang, menjadi tanah subur yang bisa ditanami
padi. Hasil panenpun berlimpah ruah dan jadilah daerah yang subur
makmur.
Setelah masa panen tiba sebagai ungkapan kegembiraan atas hasil panen
yang melimpah Pangeran Ketandur mempunyai inisiatif mengajak warga di
desanya untuk mengadakan balapan sapi. Areal tanah sawah yang sudah
dipanen dimanfaatkan untuk areal balapan sapi. Akhirnya tradisi balapan
sapi gagasan Pangeran Ketandur itulah yang hingga kini terus berkembang
dan dijaga kelestariannya. Hanya namanya diganti lebih populer dengan
“Kerapan Sapi”.
Bagi masyarakat Madura, Kerapan Sapi selain sebagai tradisi juga sebagai
pesta rakyat yang dilaksanakan setelah sukses menuai hasil panen padi
atau tembakau. Kerapan sebagai pesta rakyat di Madura mempunyai peran di
berbagai bidang. Misal di bidang ekonomi (kesempatan bagi masyarakat
untuk berjualan), peran magis religius (misal adanya
perhitungan-perhitungan tertentu bagi pemilik sapi sebelum bertanding
dan adanya mantra-mantra tertentu), bidang seni rupa (ada pada peralatan
yang mempunyai hiasan tertentu), bidang seni tari dan seni musik
saronen (selalu berubah dan berkembang).
TEMPAT WISATA
PANTAI CAMPLONG di sampang
Tempat
wisata yang terletak sekitar 10 km timur Kota Sampang itu telah
dilengkapi pondok wisata dengan 16 kamar VIP dan rumah makan.
Ongkos sewa kamar pondok wisata di Camplong berkisar Rp 25 wisata-Rp
50 ribu untuk tempat tidur tunggal. Sedangkan untuk tempat tidur ganda
berkisar Rp 28,5-Rp 55 ribu.
Taman wisata Camplong yang dikelola Surabaya Inn Group ini juga
dilengkapi kolam renang, dan tempat bermain anak-anak. Di sana
wisatawan juga bisa belanja suvenir serta kudapan dan minuman yang
disediakan pedagang.
Untuk menuju ke objek wisata ini pengunjung tidak terlalu sulit,
karena letaknya berada di jalur utama Madura. Wisatawan bisa menumpang
kendaraan umum Sampang-Pamekasan atau berasyik-asyik naik “dokar”
(kereta kuda).
Ongkos naik mobil penumpang umum (MPU) dari Sampang Rp 500,00 dan
dokar Rp 3.000,00.
Minimnya pendapatan dari subsektor pariwisata ini juga dialami Kab.
Sampang, yakni hanya Rp 9 juta/tahun. Pendapatan itu diperoleh dari
retribusi masuk kawasan wisata Pantai Camplong. Padahal untuk
membangun objek ini pemda setempat telah mengeluarkan dana Rp 250
juta.
“Objek wisata di Madura sebenarnya banyak tapi kondisinya belum
marak,” kata Bupati Sampang, H Fadhilah Budiono, ketika menerima
peserta Wisata Pers 1996 di peringgitan pendapa Kab. Sampang, Jumat
lalu.
NEPA di sampang
Objek wisata Hutan Kera Nepa terletak di desa Nepa, di pesisir utara
pulau Madura dan berjarak sekitar 50 km dari pusat Kota Sampang.
Wisata hutan kera Nepa ini merupakan wisata yang unik yang ada di pulau
Madura. Hutan ini berdiri seluas 1 km2 di kelilingi oleh sungai air
tawar yang bermuara langsung ke laut, suatu perpaduan eksotika alam yang
indah. Di hutan wisata ini, pengunjung bisa menggunakan perahu nelayan
untuk bisa berkeliling di hutan mangroove, sebelum memasuki area hutan
Nepa.
Letak hutan Kera Nepa memang agak terpencil dan agak sedikit sulit untuk
dilalui, tapi semua letih akan terbayar dengan berbagai keunikan dan
pengalaman menarik yang bisa dinikmati di setiap sudut hutan. Tempat ini
hampir mirip dengan Wisata Hutan Monyet Sangeh di Bali, hanya saja
Hutan Kera Nepa dekat dengan laut, jadi dua keindahan bisa sekaligus di
dapat.
Mengapa dinamakan Nepa, karena pada jaman dulu kala, masyarakat Madura
percaya bahwa di tempat ini banyak ditumbuhi pohon Nepa atau pohon
sejenis kelapa kecil atau sejenis dengan pohon aren. Dari dulu terdapat
sekumpulan kera yang tinggal di hutan ini sampai sekarang.
Untuk pengunjung yang datang, tidak perlu khawatir atau takut akan
kera-kera ini, karena mereka jinak dan terbilang ramah. Pengunjung bisa
membawa makanan kecil yang bisa diberikan kepada kera-kera tersebut.
Dan, diharapkan untuk selalu memberikan makanan yang aman dan bersikap
yang baik saat berada di hutan kera ini, untuk selalu menjaga
kelestarian dan kedamaian hutan.
PANTAI LOMBENG di sumenep
API ABADI di pamekasan
Api Abadi merupakan suatu objek
wisata di Pamekasan. Dari kota Pamekasan, Anda harus menempuh 15 menit
perjalanan untuk sampai di desa Larangan, Tokol. Dari akses jalan raya,
Anda harus melanjutkan perjalanan kurang lebih 800 meter untuk sampai di
lokasi.
Di lokasi Api Abadi, Anda bisa
menemukan lebih dari 50 titik api yang keluar dari dalam tanah. Sesuai
namanya, Api Abadi berarti api yang tidak akan pernah padam. Hujan deras
biasa tak akan mampu memadamkan api. Api hanya padam saat terjadi hujan
badai disertai angin kencang. Itupun saat hujan perlahan reda, api akan
kembali menyala.
Titik-titik api tersebut
dikelilingi oleh pagar besi. Di sekitar lokasi, tampak penduduk lokal
menjajakan jagung yang bisa Anda bakar sendiri di atas api. 10 menit
dibakar di atas api, jagung bakar Anda pun siap disantap.
Panas
api yang dihasilkan dari celah-celah tanah merata. Nyala birunya
seperti api dari kompor gas. Penduduk sekitar pun ada yang memanfaatkan
api untuk memasak. Anehnya, api tidak menyebar sampai keluar pagar. Api
abadi hanya berada di dalam lingkaran pagar.
PANTAI RONGKANG di bangkalan
Situs Bukit Geger Bangkalan
KULINER
bebek songkem
nasi serpang
soto madura