Minggu, 21 Oktober 2012

kebudayaan , tempat wisata dan kuliner di madura

 BUDAYA

SAPI SONOK


 
Pamekasan – Pulau Madura, bagian Provinsi Jawa Timur terkenal memiliki keunikan budaya. Dimana sapi menjadi bagian tradisi mereka. Sapi jadi hewan kebanggaan yang dipamerkan dalam acara tahunan.
Selain karapan sapi yang terkenal, ada sebuah acara khusus bagi sapi betina yang didandani bak ratu kecantikan. Ajang itu adalah festival Sapi Sonok kesanalah perjalanan kami sekarang.Kabupaten Pamekasan akan menyelenggarakan acara yang mempertemukan sapi-sapi Sonok unggulan se Madura. Festival ini biasanya mengawali acara pesta rakyat karapan sapi.
Sapi Sonok MaduraPerjalanan menuju Pulau Madura dari Ibukota Jakarta kali ini kami lalui lewat darat. Memang meletihkan. Jarak yang harus ditempuh hampir 1000 kilometer. Namun suasana perjalanan cukup menyenangkan. Karena kondisi jalan lintas selatan menyuguhkan keindahan alam tersendiri.Setiba di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, kami harus menggunakan kapal penyebrangan untuk menuju ke Pulau Madura. Hanya memakan waktu 30 menit untuk menyebrang. Namun masih sekitar 2 jam lagi untuk sampai di Kabupaten Pamekasan.
Persiapan mengikuti kontes Sapi Sonok sudah terasa dikediaman Haji Zaenudin yang berdiam di wilayah Waru Barat, Kabupaten Pamekasan. Walau kontes tingkat kabupaten sudah sering diikutinya, tapi untuk kontes yang akan berlangsung besok berbeda. Karena besok pesertanya adalah para pemenang di tingkat kabupaten se Madura. Seperti perlakuan istimewa terhadap sapi jantan karapan demikian juga sapi-sapi betina ini diperlakukan. Yang akan bertanding besok adalah Den Ayu dan Titisan Air Mata. Jangan salah, itu bukan nama dua ekor sapi, tapi untuk dua pasang sapi.

KERAPAN SAPI 


Sejarah asal mula Kerapan Sapi tidak ada yang tahu persis, namun berdasarkan sumber lisan yang diwariskan secara turun temurun diketahui bahwa Kerapan Sapi pertama kali dipopulerkan oleh Pangeran Katandur yang berasal dari Pulau Sapudi, Sumenep pada abad 13.

Awalnya ingin memanfaatkan tenaga sapi sebagai pengolah sawah. Brangkat dari ketekunan bagaimana cara membajak sapinya bekerja ,mengolah tanah persawahan, ternyata berhasil dan tanah tandus pun berubah menjadi tanah subur.

Melihat gagasan bagus dan membawa hasil positif, tentu saja warga masyarakat desa mengikuti jejak Pangerannya. Akhirnya tanah di seluruh Pulau Sapudi yang semula gersang, menjadi tanah subur yang bisa ditanami padi. Hasil panenpun berlimpah ruah dan jadilah daerah yang subur makmur.

Setelah masa panen tiba sebagai ungkapan kegembiraan atas hasil panen yang melimpah Pangeran Ketandur mempunyai inisiatif mengajak warga di desanya untuk mengadakan balapan sapi. Areal tanah sawah yang sudah dipanen dimanfaatkan untuk areal balapan sapi. Akhirnya tradisi balapan sapi gagasan Pangeran Ketandur itulah yang hingga kini terus berkembang dan dijaga kelestariannya. Hanya namanya diganti lebih populer dengan “Kerapan Sapi”.

Bagi masyarakat Madura, Kerapan Sapi selain sebagai tradisi juga sebagai pesta rakyat yang dilaksanakan setelah sukses menuai hasil panen padi atau tembakau. Kerapan sebagai pesta rakyat di Madura mempunyai peran di berbagai bidang. Misal di bidang ekonomi (kesempatan bagi masyarakat untuk berjualan), peran magis religius (misal adanya perhitungan-perhitungan tertentu bagi pemilik sapi sebelum bertanding dan adanya mantra-mantra tertentu), bidang seni rupa (ada pada peralatan yang mempunyai hiasan tertentu), bidang seni tari dan seni musik saronen (selalu berubah dan berkembang).




TEMPAT WISATA 
PANTAI CAMPLONG di sampang


 Tempat wisata yang terletak sekitar 10 km timur Kota Sampang itu telah dilengkapi pondok wisata dengan 16 kamar VIP dan rumah makan.
Ongkos sewa kamar pondok wisata di Camplong berkisar Rp 25 wisata-Rp
50 ribu untuk tempat tidur tunggal. Sedangkan untuk tempat tidur ganda
berkisar Rp 28,5-Rp 55 ribu.
Taman wisata Camplong yang dikelola Surabaya Inn Group ini juga
dilengkapi kolam renang, dan tempat bermain anak-anak. Di sana
wisatawan juga bisa belanja suvenir serta kudapan dan minuman yang
disediakan pedagang.
Untuk menuju ke objek wisata ini pengunjung tidak terlalu sulit,
karena letaknya berada di jalur utama Madura. Wisatawan bisa menumpang kendaraan umum Sampang-Pamekasan atau berasyik-asyik naik “dokar” (kereta kuda).
Ongkos naik mobil penumpang umum (MPU) dari Sampang Rp 500,00 dan
dokar Rp 3.000,00.
Minimnya pendapatan dari subsektor pariwisata ini juga dialami Kab.
Sampang, yakni hanya Rp 9 juta/tahun. Pendapatan itu diperoleh dari
retribusi masuk kawasan wisata Pantai Camplong. Padahal untuk
membangun objek ini pemda setempat telah mengeluarkan dana Rp 250
juta.
“Objek wisata di Madura sebenarnya banyak tapi kondisinya belum
marak,” kata Bupati Sampang, H Fadhilah Budiono, ketika menerima
peserta Wisata Pers 1996 di peringgitan pendapa Kab. Sampang, Jumat
lalu.

NEPA di sampang 

Objek wisata Hutan Kera Nepa terletak di desa Nepa, di pesisir utara pulau Madura dan berjarak sekitar 50 km dari pusat Kota Sampang.
Wisata hutan kera Nepa ini merupakan wisata yang unik yang ada di pulau Madura. Hutan ini berdiri seluas 1 km2 di kelilingi oleh sungai air tawar yang bermuara langsung ke laut, suatu perpaduan eksotika alam yang indah. Di hutan wisata ini, pengunjung bisa menggunakan perahu nelayan untuk bisa berkeliling di hutan mangroove, sebelum memasuki area hutan Nepa.
Letak hutan Kera Nepa memang agak terpencil dan agak sedikit sulit untuk dilalui, tapi semua letih akan terbayar dengan berbagai keunikan dan pengalaman menarik yang bisa dinikmati di setiap sudut hutan. Tempat ini hampir mirip dengan Wisata Hutan Monyet Sangeh di Bali, hanya saja Hutan Kera Nepa dekat dengan laut, jadi dua keindahan bisa sekaligus di dapat.
Mengapa dinamakan Nepa, karena pada jaman dulu kala, masyarakat Madura percaya bahwa di tempat ini banyak ditumbuhi pohon Nepa atau pohon sejenis kelapa kecil atau sejenis dengan pohon aren. Dari dulu terdapat sekumpulan kera yang tinggal di hutan ini sampai sekarang.
Untuk pengunjung yang datang, tidak perlu khawatir atau takut akan kera-kera ini, karena mereka jinak dan terbilang ramah. Pengunjung bisa membawa makanan kecil yang bisa diberikan kepada kera-kera tersebut. Dan, diharapkan untuk selalu memberikan makanan yang aman dan bersikap yang baik saat berada di hutan kera ini, untuk selalu menjaga kelestarian dan kedamaian hutan.

 PANTAI LOMBENG di sumenep















API ABADI di pamekasan

 Api Abadi merupakan suatu objek wisata di Pamekasan. Dari kota Pamekasan, Anda harus menempuh 15 menit perjalanan untuk sampai di desa Larangan, Tokol. Dari akses jalan raya, Anda harus melanjutkan perjalanan kurang lebih 800 meter untuk sampai di lokasi.

Di lokasi Api Abadi, Anda bisa menemukan lebih dari 50 titik api yang keluar dari dalam tanah. Sesuai namanya, Api Abadi berarti api yang tidak akan pernah padam. Hujan deras biasa tak akan mampu memadamkan api. Api hanya padam saat terjadi hujan badai disertai angin kencang. Itupun saat hujan perlahan reda, api akan kembali menyala.

Titik-titik api tersebut dikelilingi oleh pagar besi. Di sekitar lokasi, tampak penduduk lokal menjajakan jagung yang bisa Anda bakar sendiri di atas api. 10 menit dibakar di atas api, jagung bakar Anda pun siap disantap.

Panas api yang dihasilkan dari celah-celah tanah merata. Nyala birunya seperti api dari kompor gas. Penduduk sekitar pun ada yang memanfaatkan api untuk memasak. Anehnya, api tidak menyebar sampai keluar pagar. Api abadi hanya berada di dalam lingkaran pagar.
 
PANTAI RONGKANG di bangkalan











Situs Bukit Geger Bangkalan 

 

 

 

 

 

KULINER

bebek songkem














nasi serpang














soto madura


1 komentar: